TUGAS
TEK.KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
K3
PELEBURAN
NAMA :
WAHYU ROMADHON
KELAS :4IC07
NPM :27415098
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN
TEKNIK MESIN
BEKASI
2018
SOP
R. Widodo.
Staf pengajar Program
Studi Teknik Pengecoran Logam POLMAN Bandung
Misalnya Anda mendapat
pertanyaan semacam ini:
Suatu bahan besi cor
dengan kandungan unsur C=3%, Si=2% dan Mn=0.4% akan diubah menjadi besi cor
dengan kandungan unsur C=3.2%, Si=2,2% dan Mn=0,6%. Bahan korektur yang
digunakan adalah besi kasar dengan kandungan C=4%, Si=2,8% dan Mn=1,2%.Berapa %
masing-masing bahan harus dimasukkan?
Peramuan bahan baku
peleburan untuk menghasilkan komposisi cairan tertentu dapat dilakukan secara
matematis maupun tabelis. Konsep dari perhitungan peramuan adalah mencapai
sedekat mungkin komposisi yang dikehendaki melalui pengaturan jumlah
masing-masing bahan baku, penggunaan bahan paduan hanya untuk melengkapi
kekurangannya saja.
1. Perhitungan
Matematis.
Secara matematis
perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut:
BT = 100 – A (dalam %).
Dimana:
BT = Bahan yang harus ditambahkan (korektur).A = Bahan sebelum koreksi.
BT = Bahan yang harus ditambahkan (korektur).A = Bahan sebelum koreksi.
Kita nyatakan kandungan
unsur didalam A adalah k1, kandungan unsur didalam BT adalah k2 dan kandungan
unsur yang akan dicapai didalam bahan cair adalah k3. Maka:
jumlah perhitungan yang
harus dilakukan untuk bahan paduan dengan n unsur adalah n-1 kali. Maka untuk
bahan paduan 2 unsur cukup dilakukan 1 kali perhitungan, sedangkan untuk paduan
3 unsur harus dilakukan 2 kali perhitungan dan seterusnya.
Contoh 1 (paduan 2 unsur).
Suatu bahan paduan
tembaga (Cu) timah putih (Sn) dengan komposisi Sn=10% dan Cu=90% akan dikoreksi
dengan menggunakan paduan CuSn dengan komposisi Sn=14% dan Cu 86% menjadi
paduan dengan komposisi Sn=12% dan Cu=88%.Berapa % masing-masing bahan harus
dimasukkan?
Solusi:
Kandungan unsur Cu adalah:didalam
bahan awal, k1 = 90% didalam bahan korektur, k2= 86% didalam cairan yang akan
dicapai, k3 = 88%
Maka:
Sehingga:
BT = 100 – 50% BT = 50%
Jadi untuk mendapatkan
bahan dengan komposisi Sn=12% dan Cu=88%, digunakan campuran bahan baku antara
bahan dengan Sn=10% dan Cu=90% sebanyak 50% ditambah bahan dengan Sn=14% dan
Cu=86% sebanyak 50%.
Contoh 2 (paduan 3
unsur).
Mari kita mencoba
menjawab pertanyaan yang diajukan pada awal tulisan ini, dimana diketahui:
a. Komposisi target: C=3.2%, Si=2,2% dan Mn=0,6%.
b. Bahan baku 1: Besi cor dengan komposisi C=3%, Si=2% dan Mn=0.4%
c. Bahan baku 2: Besi kasar dengan komposisi C=4%, Si=2,8% dan Mn=1,2%
Berapa % masing-masing bahan harus dimasukkan?
a. Komposisi target: C=3.2%, Si=2,2% dan Mn=0,6%.
b. Bahan baku 1: Besi cor dengan komposisi C=3%, Si=2% dan Mn=0.4%
c. Bahan baku 2: Besi kasar dengan komposisi C=4%, Si=2,8% dan Mn=1,2%
Berapa % masing-masing bahan harus dimasukkan?
Solusi:
Pertama-tama kita hitung
kandungan C sebagai berikut:
didalam bahan awal, k1 = 3%
didalam bahan korektur, k2= 4%
didalam cairan yang akan dicapai, k3 = 3,2%
didalam bahan awal, k1 = 3%
didalam bahan korektur, k2= 4%
didalam cairan yang akan dicapai, k3 = 3,2%
Maka:
Dengan demikian besi
kasar yang harus ditambahkan:
BT = 100 – 80 = 20% Dalam
hal kandungan Si, dimana: didalam bahan awal, k1 = 2% didalam bahan korektur,
k2= 2,8%
Bila ditambah dengan Si
yang terkandung didalam besi kasar sebanyak 20%, maka k3 menjadi:
Sampai saat ini
kandungan unsur Si masih kekurangan sebanyak 0,04%, sehingga diperlukan bahan
paduan ferosilikon (FeSi). Selain itu masih harus diperhatikan bahan hilang
terbakar (melting loss) unsur Si pada setiap peleburan adalah 10%.
Perhitungan berikutnya
adalah untuk menentukan kandungan unsur Mn, sebagai bertikut:
didalam bahan awal,k1=0,4% didalam bahan korektur, k2= 1,2%
didalam bahan awal,k1=0,4% didalam bahan korektur, k2= 1,2%
Bila ditambah dengan Mn
yang terkandung didalam besi kasar sebanyak 20%, maka k3 menjadi:
Sebagaimana Si,
kandungan unsur Mn pun masih kekurangan sebesar 0,04%. Maka bahan paduan
feromangan (FeMn) perlu ditambahkan dengan memperhatikan faktor bahan hilang
terbakar untuk unsur Mn adalah antara 15% – 20%.
2. Perhitungan Tabelis.
Untuk melakukan
perhitungan peramuan paduan dengan banyak unsur, cara matematis seperti diatas
dirasakan kurang praktis. Perhitungan matematis pada akhirnya hanya digunakan
pada kasus-kasus koreksi, yaitu apabila dalam suatu pengujian terhadap cairan
pada proses peleburan diketahui adanya kekurangan pada salah satu kandungan
unsur paduannya.
Metode tabel, apalagi
bila ditunjang dengan perangkat lunak spreadsheet akan jauh lebih mudah
dilakukan terhadap bahan paduan dengan unsur yang berjumlah banyak.
Contoh diatas adalah,
perhitungan peramuan untuk suatu bahan besi cor dengan komposisi tertentu,
kandungan unsur-unsur pada setiap bahan baku yang digunakan (misalnya besi
bekas, besi kasar, besi kasar hematite dan bahan daur ulang) disusun sedemikian
rupa dalam suatu tabel. Kemudian kontribusi (%) masing masing dihitung dan
dijumlahkan, sehingga akan menghasilkan kontribusi total yang mendekati
komposisi yang diinginkan.
Langkah-langkah
perhitungan adalah sebagai berikut:
Langkah 1: Buat
kolom-kolom tabel sebagaimana contoh. Jumlah baris disesuaikan dengan jumlah
bahan baku yang akan digunakan dan jumlah lajur disesuaikan dengan jumlah unsur
yang akan dihitung.
Langkah 2: Isi kolom
komposisi yang diinginkan sebagai acuan perhitungan.
Langkah 3: Isi kolom
bahan baku serta lengkapi kolom-kolom kandungan unsur didalam bahan baku. Pilih
bahan baku yang memiliki kandungan unsur-unsur mendukung perhitungan.
Langkah 4: Perkirakan
peresentase bahan baku yang akan digunakan. Catatan, gunakan bahan baku
terbanyak yang termurah. Ingat, jumlah persen total harus 100%.
Langkah 5: Hitung
kontribusi kandungan unsur-unsur terhadap komposisi, yaitu dengan mengalikan
setiap unsur paduan dengan persentase penggunaan bahan baku. Kemudian jumlahkan
kebawah untuk mendapatkan hasil subtotal kontribusi.
Langkah 6: Hitung
tambahan bahan paduan maupun bahan-bahan terbakar dan tambahan unsur S dari
kokas. Kemudian jumlahkan hasilnya dengan subtotal kontribusi sehingga
menghasilkan komposisi hasil perthitungan.
Langkah 7: Teliti
komposisi hasil perhitungan. Bila tidak sesuai dengan komposisi yang diharapkan
ubah-ubah persentase penggunaan bahan baku sedemikian rupa sehingga hasil
perhitungan dapat mendekati komposisi yang diharapkan. Ingat jumlah persen
harus tetap 100%.
Tabel hasil akhir suatu
perhitungan peramuan
Untuk selanjutnya
persentase hasil perhitungan dikalikan dengan jumlah muatan total tanur.
Jangan lupa mengalikan
tambahan bahan paduan FeMn, yaitu 0,2% x 200 kg = 0,4 kg. Karena kandungan Mn
didalam bahan paduan FeMn adalah 45%, maka bahan paduan FeMn yang harus
diberikan menjadi:
FeMn = 0,4/45% = 0.9 kg.
Lakukan penimbangan
bahan baku sesuai SOP (Standard Operation Procedure).
K3
Cukup tingginya tingkat angka kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh perilaku pekerja yang tidak aman mengakibatkan banyak
perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan. Sedangkan perilaku keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) itu sendiri menurut beberapa penelitian sebelumnya
dipengaruhi secara signifikan oleh budaya keselamatan. Dengan demikian, untuk
mengurangi tingkat kecelakaan kerja harus dimulai dengan membentuk budaya
keselamatan yang baik dalam perusahaan. Beberapa penelitian tentang budaya
keselamatan pada industri manufaktur yang ada belum secara spesifik membahas
mengenai industri peleburan logam. Studi kasus dilakukan di PT. X, sebuah
perusahaan peleburan alumunium, dimana dari hasil investigasi yang dilakukan
oleh perusahaan, ditemukan bahwa sebagian besar kecelakaan kerja disebabkan
oleh perilaku tidak aman pekerja, dan 71,8 % pekerja yang terlibat kecelakaan
berasal dari departemen produksi. Penelitian diawali dengan membuat hipotesa
model yang tediri dari 13 faktor budaya keselamatan dan satu faktor perilaku
K3. Model ini kemudian dievaluasi menggunakan model persamaan struktural dengan
partial least square (SEM PLS). Data dalam penelitian ini diperoleh dengan
melakukan wawancara dan pengamatan perilaku terhadap karyawan Departemen
Produksi PT. X menggunakan kuisioner. Hasil evaluasi model menunjukkan bahwa 2
faktor tidak memberikan pengaruh terhadap Perilakui K3, 6 faktor memberikakn
pengaruh negatif terhadap Perilaku K3, dan 5 faktor memberikan pengaruh positif
terhadap Perilaku K3. Faktor yang berpengaruh paling besar terhadap Perilaku K3
adalah faktor Keterlibatan pekerja
PENGERTIAN
(DEFINISI) K3 MENURUT FILOSOFI (MANGKUNEGARA)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
PENGERTIAN
(DEFINISI) K3 MENURUT KEILMUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan
Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, penyakit
akibat kerja (PAK),kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
PENGERTIAN
(DEFINISI) K3 MENURUT OHSAS 18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi
dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang
lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat
kerja.
Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3
yang umum (paling sering) digunakan di antara versi-versi pengertian K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) lainnya.
KESIMPULAN
:
Keselamatan
kerja pada proses peleburan sangatlah penting karena itu kita harus memahami
proses K3 pada keselamatan peleburan agar kita bisa mencegah hal-hal yang tidak
di inginkan terjadi
DAFTAR
PUSTAKA :